"World War Z": Versi film dan buku memiliki sedikit persamaan (Foto: Paramount/Crown)Film “World War Z” merupakan adaptasi novel berjudul sama karya Max Brooks yang terbit tahun 2006. Tetapi kesamaan antara film dan novelnya hanya ada di judul. Sisanya? Banyak perbedaan. Apa saja? Mari disimak.
Max Brooks, penulis buku "World War Z" (Foto: Jason Kempin/Getty Images)1. Penuturan cerita Novel Max Brook adalah sebuah kisah yang diceritakan oleh beberapa penutur dan berbagai alur cerita. “Waktu sekarang” di buku tersebut pada dasarnya adalah setelah peperangan, dengan beberapa orang yang selamat mengisahkan kisah mencekam mereka dan menampilkan sudut pandang yang luas mengenai epidemi tersebut.
Saat Brad Pitt memilih novel Brook, banyak penggemar mengira versi filmnya kemungkinan akan bertutur seperti “Interview With the Vampire” (1994). Karakter Louis (yang diperankan Brad) menuturkan kisah kehidupannya yang panjang — atau bisa disebut abadi — kepada seorang jurnalis (Christian Slater) di sebuah kamar hotel.
Sementara itu, dalam naskah pertama Straczynski, gaya “penuturan sejarah” dan penuturan seperti film dokumenter dihilangkan sama sekali. Film itu justru menampilkan penuturan sudut pandang orang ketiga yang konvensional yang menampilkan “perjalanan karakter pahlawannya” — dan kisah pada saat merebaknya epidemi itu.
2. PahlawanDi novel, ada beberapa “pahlawan” yang mewakili beberapa negara berbeda. Tetapi di film, Brad Pitt seolah-olah menjadi karakter utama pahlawan, sehingga film ini sama saja seperti film-film bencana Hollywood lainnya, di mana seorang warga Amerika mampu menghadapi bencana global sendirian.
Karakter yang diperankan Brad, mantan penyidik PBB Gerry Lane, sebenarnya tidak ada dalam novel. Wawancara dengan karakter dari belahan dunia itu dikumpulkan oleh seorang petugas PBB yang tidak disebutkan namanya, yang meneliti bencana tersebut untuk mengevaluasi dampak bencana tersebut.
Jika karakter petugas PBB dengan sudut pandang orang ketiga itu dianggap sebagai “karakter utama” dari novelnya, meski sudah jelas bahwa karakter tersebut hanya dibuat untuk film itu, karena Brad Pitt pasti tidak mau hanya bekerja di belakang layar. (Rambut Anda tidak akan tertiup angin secara dramatis jika Anda hanya terjebak di dalam kantor.)
3. Titik balik Tidak diragukan lagi, hal yang paling diingat dan paling terkenal dari novelnya adalah Battle of Yonkers, yang menjadi titik balik dalam pertempuran.
“Amerika kehilangan segalanya dalam ‘keeksklusifannya’, identitasnya ditundukkan karena keunggulan militer pra-zombie tersebut menjadi tidak berguna,” tulis Kelley B. Vlahos di AntiWar.com, merujuk pada pertempuran Yonker yang mengerikan.
Karakter Gerry Lane yang diperankan Brad Pitt tidak berada di lokasi pertempuran itu. Dia bertualang dari Philadephia ke Korea Utara, sampai Israel, yang menjadi cerita penting dalam film dan titik balik saat sebagian dunia dipenuhi zombie.
Brooks percaya, meniadakan Battle of Yonkers dalam filmnya akan sangat mengecewakan para penggemar novel.
“Aku merasa sangat tidak enak kepada mereka [para penggemarku] dibanding pada diriku sendiri,” kata Brooks dalam sebuah wawancara di Mansfield University. “Bahkan ada mahasiswa yang menanti untuk dapat melihat Battle of Yonkers sejak mereka masih SMP.”
4. Asal Itu mungkin menjadi perbedaan “ter-Hollywood” dalam filmnya, setidaknya alasan di balik pengubahan itu.
Dalam novel Brook, epidemi itu berasal dari Cina. Namun dalam filmnya, epidemi dipercaya berawal di Korea Utara, namun akhirnya menjadi India. Perubahan itu bukan tanpa alasan: fokusnya digeser dari Cina untuk mendongkrak kemungkinan kesuksesan internasional film itu, seperti yang tertulis dalam artikel di Vanity Fair.
Karena Pitt diceritakan melakukan perjalanan keliling dunia, filmnya akan mudah dipasarkan secara internasional. Dan Paramount berencana mengubah filmnya menjadi 3D, yang akan menarik banyak minat pemirsa Rusia, Brasil, dan Cina, sehingga studio itu bisa meraup pendapatan yang lebih tinggi.
Cina, yang membatasi impor film asing, memang sangat penting, sehingga para pembuat film berupaya agar film ini tidak ditolak di Cina. Dalam novel, Cina merupakan lokasi asal zombie. Rob Moore, wakil bos Paramount Pictures, mengatakan filmnya belum ditinjau badan sensor Cina. Meski demikian, dia mengatakan bahwa “Cina merupakan pasar terbesar kedua, dan kami berupaya agar film ini bisa sukses di sana.”
“Tontonlah filmnya sebagai film, dan nilailah filmnya sebagai film,” kata Brooks. “Anda mungkin menyukainya. Anda bisa terpukau. Anda mungkin bisa kecewa. Namun jika filmnya berbeda dari novelnya... maka seharusnya Anda tidak berharap demikian.”
Film “World War Z” kini telah beredar di bioskop dan bukunya dijual di toko-toko buku.
sumber : yahoo